Teman-teman pasti banyak yang punya hobi membaca. Gue pun begitu. Pesen gue, jangan kebanyakan baca buku nanti mempengaruhi daya khayal lho!
Contohnya gue.
Gue dicekokin buku (baca: buku cerita) sejak SD kelas satu. Buku cerita yang bikin khayalan atau bahasa kerennya imajinasi gue terbang adalah Lupus karya Om Hilman Hariwijaya. Ini gegara abang gue, karena saat itu dia punya koleksi buku Lupus.
Karena seringnya baca nih buku, gue jadi terbawa ke dalam tokoh Lulu, adiknya Lupus. Kalau teman-teman pernah baca buku ini, pasti tauk.
Dalam buku itu memang menceritakan kehidupan Lupus, remaja kreatif tapi punya hobi iseng. Hidup dengan seorang adik dan maminya, single parent.
Entah kebetulan atau takdir saat itupun gue dan abang memiliki kehidupan yang sama. Makanya jadi deh imaginasi absurd muncul tanpa diundang, membayangkan kisah gue dan abang layaknya Lupus dan Lulu.
Petualangan imajinasi gue nggak berhenti sampai di situ. Pada saat baca buku Dee Lestari, Perahu Kertas. Dimana Kugi tokoh dalam buku suka bikin radar dua jari di kepalanya, gue juga ikut-ikutan. Trus, di buku itu juga ada kebiasaan Kugi yang menanggap dirinya jadi agen neptunus, kembali gue pun jadi ngerasain hal serupa. Kebetulan lagi saat itu ada temen mengalami sedikit masalah, dan gue jadi tim investigasinya.
Dalam buku kumcer Laki-Laki Yang Salah, karya almh. Lang Fang. Di satu cerpennya menceritakan tentang sungai dan hutan bambu di Jepang. Imajinasi pun melayang ke kesejukan hutan bambu serta dinginnya air sungai.
Selanjutnya tokoh Fahri 'Ayat-Ayat Cinta 2' Kang Abik, berhasil membuat gue terpesona malah mungkin jatuh hati dan membawa diri mengunjungi negeri Swedia dan Inggris serta berasa hadir di acara debatnya.
Kalo di buku trilogi Negeri 5 Menara nya Bang A. Fuadi, gue jadi ngerasa jadi bagian dari pesantren Gontor dan lagi-lagi membayangkan ada di setiap setting lokasinya. Saat tokoh Alif jatuh cinta pun, hmm jadi mupeng lagi. Hahaha
Lain lagi dengan buku Pulang nya Bang Tere Liye, penulis hebat ini membuat gue tambah pengen tauk tentang dunia mafia atau disebut Shadow Economy.
Nah, di buku LSIK Bunda Asma Nadia, gue ngarep banget jadi tokoh Rania yang bisa traveling, jadi penulis dan pada akhirnya dipertemukan sama JDA.
Begitu hebatnya sebuah cerita yang terangkum dalam sebuah benda bernama buku. Hingga mampu membawa si pembacanya larut. Apalagi gue yang suka berimajinasi absurd.
Kalo kata Bunda Asma Nadia, menciptakan tokoh atau karakter dalam sebuah cerita memang harus memiliki jiwa, jika perlu kita sebagai penulisnya masuk ke dalam karakter tersebut.
Penulis-penulis hebat di atas adalah contoh bahwa karakter yang mereka ciptakan memiliki jiwa, sehingga kita para pembacanya ikut masuk ke dalam dunia tersebut. Mengenai settingnya pun merupakan penggambaran sempurna ketika merangkai kata demi kata.
Masih banyak penulis hebat lainnya yang tidak bisa gue sebutkan satu per satu, kepanjangan. Di KBM juga banyak yang sudah hebat-hebat.
Nah, itulah sekelumit imajinasi gue karena buku. Bagaimana dengan teman-teman?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar