Senin, 21 Maret 2016

Wanita identik dengan gosip, meski berita tersebut belum terbukti kebenarannya kaum wanita sudah heboh. Ya, namanya juga gosip. Makin digosok makin sip! Hehehe

Berusaha untuk menahan keinginan tidak bergosip memang butuh perjuangan. Apalagi kalo sudah kumpul dengan teman-teman satu geng.

Namun tak ada usaha yang tak membuahkan hasil. Kalo kata grup musik Kotak 'pelan-pelan saja' tapi kontinyu. Insya Allah berhasil. Bukankah Allah bersama orang-orang yang mau berubah?

Mari berproses menuju ke arah lebih baik!
Semoga istiqomah. Aamiin

#nasihatutkdirisendiri

Jejen, 21.03.16
22.34

Minggu, 06 Maret 2016

INGATLAH DIA, MAKA IA AKAN MENGINGATMU


Penyakit manusia adalah kala kesedihan melanda, ujian menghadang dan galau menyelimuti maka disitulah ia ingat pada Sang Penciptanya.

Namun, saat bahagia datang, ceria mengisi hati dan kasmaran melanda jiwa. Tak sedikit pun ia mengingatNya. Terbuai oleh kesenangan, lupa segala doa dan air mata yang dikeluarkan kala keadaan terbalik.

Tapi, apakah Ia juga melakukan yang sama denganmu?
Jawabannya, TIDAK!
Ia tetap menjaga, menyayangi dan mengasihimu. Bahkan disaat seperti itu Ia akan sangat merindukanmu.
Merindukan lantunan doa, tangisan dan sujudmu di sepertiga malam yang sebelumnya selalu kau lakukan kala kesulitan mengisi hari.

Namun, Allah pun Maha Adil.
Ia akan memberikan sesuatu yang terbaik untuk hambaNya yang benar-benar bertakwa.

So, kapan pun, dalam keadaan apapun dan dimana pun Ingatlah Allah. Sebab Dia lah Yang Maha Rahman dan Rahim.


Sabtu, 27 Februari 2016

MALL

Buat sebagian besar dari kita mall merupakan suatu tempat yang sudah tidak lagi bisa dipisahkan dari kehidupan.
Ya, gimana bisa dipisahkan, mall adalah tempat dimana kita bisa menemukan apa yang dibutuhkan. Dari fashion, pangan, buku, mainan atau hanya sekedar  duduk-duduk sambil ngopi cantik bareng temen ngobrol sana-sini bahas gosip artis, gosip kantor atau curcol semua bisa ditemukan disini.

Mall dengan bentuk bangunan permanen megah, minimal berlantai dua, tapi jarang banget sih. Kalo mall cuma dua lantai, nggak masuk kategori mall kali ya...

Jakarta menurut info merupakan salah satu kota dengan jumlah mall lumayan banyak. Sebagai warga Jakarta agak miris menerima hal tersebut karena otomatis makin sedikit saja lahan terbuka untuk penduduknya yang konon kabarnya memiliki tingkat stress tinggi.

Ada sebagian orang berpendapat salah satu cara menghilangkan stress dengan jalan-jalan ke mall. Maaf jika saya tidak begitu setuju dengan hal ini, karena menurut saya dengan mengunjungi ke mall akan menyisakan stress setelahnya. Sebab, terutama kaum hawa. Niat awalnya cuma mau window shopping sambil singgah sebentar di kedai kopi atau es krim akhirnya tergoda beli ini itu, belum lagi kalau program diskon bertebaran. Tanpa sadar uang tunai pun ludes atau menambah tagihan bulan depan karena seringnya menggunakan kartu kredit. Nadzubillah...

Nah, untuk menghindari hal diatas, ada saran atau mungkin plesetan yang menyarankan saat masuk mall baca doa ke toilet, katanya sih supaya nggak tergoda dengan diskon atau barang serta pernak-pernik yang tertata cantik di etalase toko. Benar atau nggak silahkan dicoba. Saya sendiri pernah menerapkan tapi lebih sering nggak sih, karena lupa. Hehehe.

Yah, apapun pendapat teman-teman tentang mall kembali ke masing-masing. Kehadiran mall di fase kehidupan ini bisa jadi merupakan suatu peradaban baru. Dalam sebuah peradaban akan menimbulkan dampak positif maupun negatif.

Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa menanggapi peradaban ini secara positif, sehingga kehadiran mall dapat melengkapi hidup bukan sebaliknya. Mari bijak menanggapi sesuatu yang baru, apapun itu.

Jejen, 28.2.16

Minggu, 21 Februari 2016

MENGUBUR MASA LALU

Perempuan itu berdiri tegak dengan setelan blazer dan celana hitam, terlihat profesional. Kaki kecilnya ditopang high heel berukuran lima centi terlihat ramping.

 Jika dilihat dari tubuh kecil, tinggi mendekati seratus enam puluh senti meter, dapat dipastikan gadis tersebut memiliki berat tidak lebih dari empat puluh kilogram.

Mata tanpa riasan itu memandang lurus ke satu arah. Terlihat tegas namun tidak mengurangi segi kelembutan. Bibirnya tidak tipis tidak pula terlalu tebal tampak tersenyum simpul diulasi lipstik berwarna nude. Di pipinya tak terlihat pewarna. Hanya pulasan bedak berwarna cerah menyamarkan wajah.

Perlahan kudekati ia. Dia diam. Satu, dua menit kemudian aku mulai menyentuhnya, memandangnya, namun gadis itu masih tak bergeming. Menit berikutnya kupandangi lekat wajah manisnya, dan kami pun saling berhadapan. Matanya sedikit berubah. Tanganku mulai iseng, kutarik rambut yang berikat kuda, kepalanya sedikit bergerak. Namun ekspresi wajah si gadis tak berubah.

"Hhh," kuhela napas.
Gunting yang terletak lima senti di depanku seakan memanggil untuk segera kuraih. Perlahan ujung gunting ku tancapakan tepat di perut sebelah kiri si gadis. Selanjutnya ku ulangi hal yang sama ke perut sebelahnya. Terus ku lanjutkan aktifitas itu. Satu demi satu bagian tubuh si gadis kini telah tercabik.

Beralih ke bagian wajahnya, hidung, bibir, pipi dahi serta lehernya telah terpisah satu sama lain. Kedua telinganya pun telah ku pisahkan menjadi kepingan-kepingan hingga terserak.

Tidak butuh waktu banyak untuk meluluh lantakkan tubuh si gadis hingga menjadi potongan-potongan puzle.

Aku tersenyum setelah menuntaskan semua. Lega,,,

Selamat tinggal gambar-gambar tak berkerudung dan tertutup.


15.02.16

Sabtu, 20 Februari 2016

ALPA SEORANG HAMBA

Malam mulai meninggi
Angin pun terasa menusuk tulang
Lembar demi lembar kardus tlah ku susun
Tubuh lelah tlah berbaring
Namun mata tak jua terpejam
Padahal tak satu pun kejora menyapa

Terhentak ku seketika
Kala diri menyadari kewajiban kelima belum tertunaikan
Langkah terseret menuju surau kecil sudut kampung

Ya Allah, maafkan hamba yang hampir terlupa akan kewajiban
Lelah yang menyelimuti tubuh
Membuat diri terlena
Ya Allah, terimalah shalat hambaMu yang lalai

Jejen, 15.02.16
JANGAN KESERINGAN BACA BUKU!

Teman-teman pasti banyak yang punya hobi membaca. Gue pun begitu. Pesen gue, jangan kebanyakan baca buku nanti mempengaruhi daya khayal lho!
Contohnya gue.

Gue dicekokin buku (baca: buku cerita) sejak SD kelas satu. Buku cerita yang bikin khayalan atau bahasa kerennya imajinasi gue terbang adalah Lupus karya Om Hilman Hariwijaya. Ini gegara abang gue, karena saat itu dia punya koleksi buku Lupus.

Karena seringnya baca nih buku, gue jadi terbawa ke dalam tokoh Lulu, adiknya Lupus. Kalau teman-teman pernah baca buku ini, pasti tauk.

Dalam buku itu memang menceritakan kehidupan Lupus, remaja kreatif tapi punya hobi iseng. Hidup dengan seorang adik dan maminya, single parent.

Entah kebetulan atau takdir saat itupun gue dan abang memiliki kehidupan yang sama. Makanya jadi deh imaginasi absurd muncul tanpa diundang, membayangkan kisah gue dan abang layaknya Lupus dan Lulu.

Petualangan imajinasi gue nggak berhenti sampai di situ. Pada saat baca buku Dee Lestari, Perahu Kertas. Dimana Kugi tokoh dalam buku suka bikin radar dua jari di kepalanya, gue juga ikut-ikutan. Trus, di buku itu juga ada kebiasaan Kugi yang menanggap dirinya jadi agen neptunus, kembali gue pun jadi ngerasain hal serupa. Kebetulan lagi saat itu ada temen  mengalami sedikit masalah, dan gue jadi tim investigasinya.

Dalam buku kumcer Laki-Laki Yang Salah, karya almh. Lang Fang. Di satu cerpennya menceritakan tentang sungai dan hutan bambu di Jepang. Imajinasi pun melayang ke kesejukan hutan bambu serta dinginnya air sungai.

Selanjutnya tokoh Fahri 'Ayat-Ayat Cinta 2' Kang Abik, berhasil membuat gue terpesona malah mungkin jatuh hati dan membawa diri mengunjungi negeri Swedia dan Inggris serta berasa hadir di acara debatnya.

Kalo di buku trilogi Negeri 5 Menara nya Bang A. Fuadi, gue jadi ngerasa jadi bagian dari pesantren Gontor dan lagi-lagi membayangkan ada di setiap setting lokasinya. Saat tokoh Alif jatuh cinta pun, hmm jadi mupeng lagi. Hahaha

Lain lagi dengan buku Pulang nya Bang Tere Liye, penulis hebat ini membuat gue tambah pengen tauk tentang dunia mafia atau disebut Shadow Economy.

Nah, di buku LSIK Bunda Asma Nadia, gue ngarep banget jadi tokoh Rania yang bisa traveling, jadi penulis dan pada akhirnya dipertemukan sama JDA.

Begitu hebatnya sebuah cerita yang terangkum dalam sebuah benda bernama buku. Hingga mampu membawa si pembacanya larut. Apalagi gue yang suka  berimajinasi absurd.

Kalo kata Bunda Asma Nadia, menciptakan tokoh atau karakter dalam sebuah cerita memang harus memiliki jiwa, jika perlu kita sebagai penulisnya masuk ke dalam karakter tersebut.

Penulis-penulis hebat di atas adalah contoh bahwa karakter yang mereka ciptakan memiliki jiwa, sehingga kita para pembacanya ikut masuk ke dalam dunia tersebut. Mengenai settingnya pun merupakan penggambaran sempurna ketika merangkai kata demi kata.

Masih banyak penulis hebat lainnya yang tidak bisa gue sebutkan satu per satu, kepanjangan. Di KBM juga banyak yang sudah hebat-hebat.

Nah, itulah sekelumit imajinasi gue karena buku. Bagaimana dengan teman-teman?