Sabtu, 30 Agustus 2014

Journey to Bromo Bag3

Melepas kangen dengan teman lama yang sudah kurang lebih 2 tahun tidak bertemu membawa keasikan tersendiri sambil sedikit mencari-cari info tentang perjalanan ke Bromo nanti. Di temani ibunda teman saya obrolan kami makin mengasikkan.

Jam 18. Waktu yang dijanjikan sang pemilik jeep yang akan menjemput kami ternyata belum juga sampai, sebagai orang yang belumpernah bertemu secara langsung (selama ini kami hanya berhubugan via blackberry saja) membuat saya sedikit tidak tenang, mungkin si pemilik jeep menanggap saya bawel, peduli amat deh, namanya juga customer baru belum pernah ketemu hanya berbekal komunikasi via bb, itupun saya dapat rekomendasi dari salah satu teman yang suka membawa rombongan travelling. Apalagi saya sudah memberi dp pada si pemilik jeep tsb. Akhirnya meski molor set jam, ternyata si pemilik jeep tsb datang juga, lega rasanya, dan perjalananpun dimulai... teng teng.
Selama perjalanan menuju Probolinggo si pemilik jeep mengungkapkan keterlambatannya disebabkan oleh kemacetan yang terjadi di daerah Tumpang karena pawai 17an. Wow! masih ada pawai 17an aja, padahal sudah lewat 1minggu. Ternyata 17an di sana lebih meriah di banding Jakarta.
Sampai di Probolinggo jam 9 malam hawa dingin mulai merayapi tubuh kami. Si pemilik jeep membawa kami ke rumahnya terlebih dahulu untuk kami dipersilahkan istirahat mempersiapakan fisik karena perjalanan menuju Bromo baru akan dimulai tengah malam nanti. Saya yang memang saat itu sudah ngantuk tidak menyia2kan kesempatan itu, apalagi hidung saya mulai sedikit mampet di udara dingin, sambil berdoa semoga bangun tidur nanti flu saya tidak kembali kambuh.
Jam 12 lewat sedikit saya dibangunkan oleh teman saya yang pada saat itu memilih untuk tidak tidur. Dan 00.22 kami pun berangka menuju Bromo.
Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih tiga jam dengan kondisi jalanan yang tidak bagus tapi disitu sensasinya. Terbanting2 selama perjalanan tidak mengurangi keinginan saya untuk melanjutkan tidur saya yang belum puas tadi. Dasar kebo!
Tepat jam 3 pagi kami pun sampai di pemberhentian pertama Spot untuk melihat sunrise. Turun dari jeep, langit menyambut kami dengan taburan bintang yang begitu indah mewarnai langit malam itu, takjubnya saya memuji kebesaran sang Ilahi. Saynangnya saat itu saya tidak terpikir untuk mengabadikannya karena hawa dingin yang makin menyengat. Infonya sih pada saat itu suhu berada di 5 derajat celcius.
Sebelum menuju spot sunrise kami diajak menghangatkan perut dengan minuman dan makanan hangat disalah satu warung yang memasang info bahwa warung mereka berada di 2200dpl.
Dari foto diatas bisa mengganbarkan betappa dingin suhu saat itu, terbukti bibir kami terlihat pucat semua. dan minuman wedang jahe serta goreng pisang disana panasnya hanya tahan beberapa menit saya, saya rasa tidak sampai 5menit.

Journey to Bromo Bag2



Selesai sarapan lanjut kita ke Taman Kota Malang yang menurut info adalah jantung kota Malang. Bertempat di depan SMU 1 & 4 Malang dengan tugu Malang yang berdiri di tengah2 lokasi dengan dikelilingi kolam yang ternyata banyak ikannya serta bunga teratai yang mengambang diatas kolam.
Sebenarnya tepat di seberang stasiun Malang juga ada taman kota yang namnya Merjosari, namun sampai saat itu karena masih dalam tahap pembangunan dan juga minimnya info yang kami dapat jadi kami tidak mengunjungi tempat tersebut.
Sedikit cerita tentang SMU Tugu Malang dari bercak darah yang ada di lantai sekolah yang konon kabarnya adalah bercak darah yang tertinggal sejak jaman penjajahan dahulu sampai pada tentara berkepala buntung yang suka jalan2 kala malam hari. Konon kabarnya bangunan sekolah ini memang merupakan gedung tua jaman dahulu.
Terlepas dari percaya atau tidak itulah info yang saya dapatkan dari berbagai sumber, salah satunya teman saya yang memang berdomisili di Malang.

Oia, informasi tambahan di sebelah kiri taman kota berdiri megah balai kota Malang yang merupakan pusat pemerintahan kota Malang yg kebetulan pada hari itu 24 agustus 2014 sedang diadakan pelantikan dewan kota alias para wakil rakyat kota Malang. Dan sebelum taman kota Malang disana juga terdapat markas besar Arema dimana salah satu pemainnya adalah Gonzales, poster besarnya terpampang di depan kantor Arema.

Setelah puas berfoto2 di tugu kota Malang lalu kami melanjutkan perjalanan ke rumah teman lama saya yang berada di Perumahan Belimbing Indah atau disingkat PBI. Saran dari teman saya itu kita naik angkot dari depan taman Merjosari yang ada A nya untuk menuju terminal Arjosari. Dengan ongkos yang menurut saya murah yaitu 3ribu perak saja namun perjalanan yang kita tempuh lumayan jaraknya. Dari terminal arjosari kami dijemput teman saya yang ternyata PBI berada di belakang terminal arjosari. Sampai di rumah teman, kami bersih2, secara dari kemarin sore sampai pagi ini kami belum mandi sambil menunggu jemputan jeep yang akan mengantar kami ke destinasi utama, Bromo!!!


Journey to Bromo

Bromo




Bag1
Alhamdulillah,,, akhirnya keinginan saya untuk menjejakkan kaki di Bromo terlaksana sudah. Tepatnya di tgl 23 Agustus 2014, berawal dari stasiun Ps Senen dengan kereta Matarmaja tepat jam 15.15 menit saya bersama dua orang teman bertolak menuju Malang.
Saya yang terlebih dahulu sampai stasiun Ps. Senen bertugas menukarkan tiket yang sudak kami pesan dua minggu sebelum keberangkatan, sedang dua orang teman yang terlebih dulu bertugas di kantor untuk lembur bertugas membeli makanan untuk makan malam kami nanti.

Stasiun Senen
 Sampai di statsiun Ps Senen setelah menukar tiket mandiri (baru tauk kalo ada layanan seperti ini) bravo for PT KAI untuk pelayanan ini. Karena belum menunaikan shalat Dzuhur saya pun menuju ke Mushola yang ternyata tidak tersedia air untuk berwudu, dan sayapun berwudu di toilet yang berjarak kurang lebih 100m. Selesai shalat saya pun kembali ke depan dan mendapati sepatu saya yang kebetulan berwarna putih sudah kotor karena terinjak2 oleh orang yang tidak bertanggung jawab dengan kondisi yang sedikit basah termasuk kaos kaki saya. Seingat saya, saya sendiri tak pernah mencoba mengotri sepatu orang lain selama ini.
How poor my shoes

Buat yang sudah melakukan ini semoga dimaafkan oleh Allah SWT, saya sendiri sudah memaakan serta mengikhlaskannya.

Perjalanan yang hampir memakan waktu 12 jam lebih, akhirnya berhasil mengantar kami sampai di stasiun Malang kurang lebih jam 7 pagi. Karena kebelet pipis yang pertama kami tuju tentu saja toilet yang kebetulan saat itu sedang dalam perbaikan, jadi toiletnya trans gender alias cowok cewek jadi satu. Selesai dari toilet kami pun keluar dari stasiun untuk mencari sarapan pagi.
Setelah berjalan menyusuri jalanan kota Malang yang terus terang baru pertama kalinya saya dan kedua teman saya menjejakkan kaki di kota ini, sampailah kami di depan taman kota dan disana ada penjual nasi pecel Madiun dengan harga 7rb rupiah saja, cukup untuk mengganjal perut kami di pagi hari.


Minggu, 17 Agustus 2014

Bismillahhirrohmannirohiim

Bismillahhirrohmannirohiim...  untuk memulai blog ini.


Alhamdulillahhirobbil'alamiin... akhirnya setelah sekian lama nggak ngeblog dengan My Notes ini saya bias memulia blog saya lagi.